Selasa, 20 Oktober 2015

Tugas Kebijakan Ekonomi Indonesia (Laporan Pendahuluan)


PENDAMPINGAN WIRAUSAHA JAHIT DI DESA WALED KECAMATAN WALED KABUPATEN CIREBON



DISUSUN OLEH :

1.  ZALFA MAY LUTFINA            (114020574)
2.  NURUL AZIZAH                      (114020565)
(
3.  IIS ISTIQOMAH                        (114020561)

                                                                      KELAS  N           


JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2015

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah karena atas karunia-Nya laporan ini telah diselesaikan dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama pemilik UMKM yaitu Bapak Abu Naim dan Ibu Entim serta dosen kami Bapak Dedi Muhammad Siddiq, SH.I, MA, MDP. yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Laporan pendahuluan ini ditulis berdasarkan apa yang terjadi di lapangan dengan menggunakan pendekatan komunikatif dan ketrampilan proses. Laporan ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang akan kami lakukan serta dampak positif selama program pendampingan UMKM.
Kami telah berusaha sesempurna mungkin menulis laporan ini, untuk itu saran, kritik maupun komentar yang ditujukan demi perbaikan makalah ini sangat kami harapkan. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

                                                                                                Cirebon, 10 Oktober 2015



DAFTAR ISI




BAB 1

PENDAHULUAN

1.1               LATAR BELAKANG

Indonesia telah melakukan perjanjian dengan Negara-negara ASEAN bahwa Indonesia akan mengikuti system perdagangan bebas ASEAN. Dengan kondisi perekonomian saat ini, masih perlu mempersiapkan banyak hal untuk menghadapi kondisi tersebut. Kondisi tersebut dapat membuat Indonesia semakin terpuruk dalam perekonomian atau bia juga dijadikan peluang supaya perekonomian Indonesia dapat berkembang di dunia luar.
Salah satu cara supaya kondisi ini dapat menjadi kondisi yang menguntungkan bagi perekonomian di Indonesia adalah dengan mengembangkan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) oleh pemerintah. Pemerintah dapat menggali potensi UMKM supaya mampu bersaing dengan Negara ASEAN yang lain dalam perdagangan bebas ini.
Pemerintah juga dapat memotivasi UMKM agar mampu berpikir kreatif dalam mengembangkan produknya kemudian produk itu dapat memberikan nilai jual yang  tinggi terhadap produknya.

1.2             TUJUAN

Tujuan kami melakukan pendampingan UMKM milik Bapak Abu Naim dan Ibu Entim agar usaha yang baru saja dirintis oleh mereka dapat lebih berkembang sehingga memiliki banyak pelanggan. Dengan adanya program pendampingan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap UMKM tersebut, diantaranya meningkatkan kapasitas dan kualitas usaha mikro sehingga mengalami kenaikan omset atau pendapatan, juga memperluas dampak social ekonominya terhadap masyarakat sekitar UMKM seperti menyediakan lapangan kerja.

1.3             MANFAAT

1.      Memperluas daerah pemasaran
2.      Memperkaya keahlian dan pengetahuan pemilik usaha
3.      Memajukan usaha
4.      Menaikkan pendapatan atau omset

A.    LOKASI DAN JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Lokasi usaha jahit ini terletak di daerah Waled RT. 010 RW. 005 Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tidak sulit untuk menemui lokasi UMKM ini karena letaknya yang strategis di depan SMK YAMI WALED sebelah warnet HDH.
Kelompok kami melakukan pendampingan selama kurang lebih tiga bulan, dari tanggal 4 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 04 Januari 2016.

  

BAB II

PROFIL USAHA

2.1       Nama dan Identitas Usaha

  UMKM yang kami pilih bergerak di sektor jasa yaitu usaha jahit, usaha ini berlokasi di Daerah Waled RT .010 RW. 005 Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Usaha jahit ini dimiliki oleh sepasang suami istri yang bernama Bapak Abu Naim (46 Tahun) dan Ibu Entim (45 Tahun). Menurut bapak Abu Naim usahanya belum diberi nama karena usaha yang mereka rintis baru berusia satu bulan. Tetapi, Bapak Abu Naim dan Ibu Entim berencana memberi nama usaha mereka dengan nama “Abu Naim” sesuai dengan nama salah satu pemiliknya.

2.2       Sejarah Usaha

Setelah mereka berhenti bekerja di salah satu konveksi di daerah Cengkareng, karena kondisi ekonomi yang mendesak membuat Bapak Abu Naim dan Ibu Entim mencoba mencari pekerjaan tetapi karena pendidikan mereka hanya lulusan SD dan SMK sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan dan juga usia yang sudah tidak muda lagi. Sehingga Bapak Naim dan Ibu Entim memutuskan untuk membuka usaha jahit sendiri dengan berbekal keahlian dan juga pengalaman selama mereka bekerja di konveksi tersebut.
Pada awalnya Bapak Abu Naim dan Ibu Entim telah lama membuka usaha jahit di Daerah Cengkareng, kemudian mereka memutuskan untuk pindah dan membuka usaha jahit di Daerah Waled, Cirebon.

2.3 Aspek Pemasaran

                Daerah pemasaran UMKM ini masih sangat kecil sebab usaha ini baru didirikan sehingga masih sedikit orang yang mengetahui usaha ini. Promosi yang dilakukan masih melalui mulut ke mulut. Selain itu, hasil jahitan juga dipajang di depan rumah untuk menarik perhatian orang-orang yang melintas. Pemilik usaha juga bekerjasama dengan tetangga untuk memasarkan barang hasil jahitan, Ibu Entim juga berencana membuka lapak di pasar malam untuk lebih mengembangkan usahanya.

2.4 Aspek Produksi

                Proses produksi dilakukan apabila ada pelanggan yang datang untuk menjahit tetapi pemilik juga memproduksi beberapa baju seperti baju gamis, baju daster bahkan baju untuk anak-anak. Untuk jahitan yang memiliki model rumit seperti kebaya biasanya dikerjakan selama satu minggu, untuk baju yang tidak terlalu rumit seperti daster dapat diselesaikan satu hari saja.

2.5 Aspek Keuangan

            Modal awal yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.300.000,- modal ini untuk membeli bahan-bahan dan peralatan menjahit. Sementara pendapatan atau omset yang diterima per bulannya kurang lebih Rp. 2.500.000,- tetapi pendapatan itu tidak menentu setiap bulannya tergantung berapa banyak jahitan yang diterima. Pendapatan hasil jahitan tidak langsung seluruhnya digunakan secara pribadi tetapi digunakan untuk membeli kembali bahan dan keperluan menjahit. Untuk omset seharinya berkisar antara Rp. 50.000 – Rp. 150.000 tergantung berapa jahitan yang diselesaikan.

2.6 Aspek Sumber Daya Manusia

            Dari segi sumber daya manusia UMKM ini belum memiliki karyawan atau pekerja karena Bapak Abu Naim dan Ibu Entim sendiri yang menjahit langsung apabila ada pelanggan yang meminta untuk dijahitkan.


BAB III

PERMASALAHAN

3.1 Pemasaran

            Kendala yang pemilik alami dari segi pemasaran yaitu belum terlalu banyaknya orang yang mengetahui usaha jahit ini oleh sebab itu daerah pemasaran masih hanya di sekitar tempat usaha. Selain itu, rendahnya kepedulian warga di desa akan penampilan mengakibatkan kurangnya pelanggan dan juga masyarakat sekitar yang memiliki pendapatan sedikit sehingga mereka enggan untuk membeli baju atau membayar ongkos menjahit di atas Rp. 50.000. Serta belum banyak kegiatan promosi yang dilakukan oleh pemilik.

3.2 Produksi

                Menurut Bapak Abu Naim dari segi produksi kendalanya yaitu ia belum banyak mengetahui model-model yang sedang trend saat ini. Selain itu, ketersediaan jenis kain yang masih sangat sedikit membuat pemilik kewalahan apabila ada pelanggan yang ingin menjahit baju dengan bahan yang lain sehingga sedikit menghambat proses produksi.

 3.3 Keuangan

                Tidak dapat dipungkiri bahwa permasalahan yang utama yaitu masalah keuangan, pemilik mengaku tidak mempunyai modal yang besar untuk mengembangkan usaha ini. Dengan adanya modal yang lebih dapat membantu mengembangkan usaha jahit dengan maksimal.

3.4 Sumber Daya Manusia

                Permasalahannya yaitu usaha ini hanya dikerjakan berdua oleh si pemilik tanpa ada karyawan yang membantu mengakibatkan untuk menjahit pakaian membutuhkan waktu yang sedikit lama, pemilik juga mengakui masih adanya keterbatasan pengetahuan tentang jenis-jenis bahan atau kain.





BAB IV

RENCANA PROGRAM KERJA

4.1             Bidang Pemasaran

1.      Membuat Banner atau Spanduk
2.      Membantu memasarkan barang hasil jahitan
3.      Mempromosikan kepada orang-orang sekitar kami apabila jika ingin menjahit hendaknya ke UMKM ini.

4.2             Bidang Produksi

1.      Membuat label pada hasil jahitan
2.      Memberi masukan model-model yang sedang trend
3.      Memperbanyak jenis bahan atau kain

4.3             Keuangan

1.      Menambah modal

4.4             Sumber Daya Manusia

1.       Menambah pengetahuan dan keahlian pemilik usaha





BAB V

PENUTUP
Setiap permasalahan pasti selalu mempunyai solusi untuk memecahkan masalah tersebut solusinya adalah tetap bersabar dalam menghadapi permasalahn tersebut dan jangan menyerah tetap mau berusaha untuk berkarya agar usaha yang kita miliki dapat dikenal banyak orang karena kualitas yang baik dan usaha kita dapat bersaing dengan usaha-usaha jahit yang lainnya.
Tentu saja, kendala atau permasalahan yang di hadapi masing-masing jenis usaha bisa saja berbeda satu sama lain. Berbagai kendala dan hambatan umum yang banyak kita jumpai. Satu yang pasti, sebagai pelaku usaha kita tetap harus mengembangkan wawasan agar usaha yang sudah kita bangun dapat berjalan dengan sukses dan terus berkembang.
Demikianlah laporan pendahuluan ini kami susun dan kami sangat berharap agar program kerja yang akan kami lakukan berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.




LAMPIRAN





























Tugas Perilaku Keorganisasian

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Dalam suatu organisasi diperlukan suatu sistem yang dapat menunjang kinerja organisasi tersebut. Pencapaian tujuan organisasi memerlukan kerjasama yang baik antar komponen di dalamnya. Kerjasama terbentuk karena adanya kesatuan persepsi tentang apa yang akan dicapai. Untuk itu diperlukan sekali adanya komunikasi yang baik antar anggota didalamnya, peran komunikasi dalam suatu organisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Melalui komunikasi maka dapat memberikan keterangan tentang pekerjaan yang membuat pegawai dapat bertindak dengan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan pada waktu bersamaan dapat mengembangkan semangat kerja organisasi (Wursanto 1992:60). Adanya kerjasama yang harmonis ini diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja para pegawai karena komunikasi berhubungan dengan keseluruhan proses pembinaan perilakumanusia dalam organisasi.
Semangat kerja dalam organisasi dapat mempengaruhi hasil kerja dan pencapaian tujuan komunikasi dan hubungan kerja yang terjadi dalam suatu instansi berkaitan dengan semangat melaksanakan pekerjaan. Komunikasi yang efektif dapat mencapai saling pengertian antara pegawai dan pimpinan sehingga terbentuk kondisi sosial yang dapat memotivasi pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.Semangat kerja disini adalah karyawan secara lebih giat melaksanakantugas-tugasnya, sehingga pekerjaan akan dapat diselesaikan lebih cepat dan lebih baik (Nitisemito 1992:24).
Komunikasi merupakan faktor utama untuk meningkatkan semangat kerja. Dengan semangat kerja yang tinggi pegawai akan dapat bekerja dengan perasaaan senang dan bergairah sehingga mereka dapat berprestasi kerja dengan baik, sebaliknya apabila pihak pimpinan kurang memperhatikan bawahannya maka semangatnya akan turun karena pegawai merasa kurang mendapat perhatian dari pimpinan dan adanya rasa segan terhadap pimpinan. Dengan demikian diperlukan hubungan timbal balik antara atasan dan bawahannya. Jadi komunikasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan dan pembinaan perilaku pegawai sebagai motivasi untuk meningkatkan semangat kerja pegawai sebagai proses dalam suatu pekerjaan akan terasa lebih mudah dan tujuan organisasi akan dapat tercapai.

B.     TUJUAN LAPORAN

1.      Mengetahui Latar Belakang Terjadinya Kasus Komunikasi Di Dalam Perusahaan.
2.      Menjelaskan Memahami Pentingnya Menjaga Komunikasi.
3.      Dapat Memecahkan Persoalan Komunikasi Dalam Perusahaan Tersebut.


C.    RUMUSAN MASALAH
1.      Mengetahui Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi?
2.      Mengetahui Pengertian Komunikasi Kerja?
3.      Bagaimana Kemampuan Dan Keterampilan Dalam Berkomunikasi?
4.      Apa Sajakah Unsur-Unsur Dalam Komunikasi?
5.      Mengetahui Jenis-Jenis Komunikasi?
6.      Mengetahui Prinsip Dasar Yang Mempengaruhi Komunikasi?
7.      Contoh kasus komunikasi kerja serta solusinya





BAB II

STUDI LITERATUR

A.    Pengertian Komunikasi

1.      Menurut Wursanto (2003:153) Istilah komunikasi (bahasa inggris;communication) mempunyai banyak arti. Asal katanya (etimologi), istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communis, yang berarti sama (common). Dari kata communis berubah menjadi kata kerja kommunicare, yang berarti menyebarkan atau memberitahukan. Jadi menurut asal katanya, komunikasi berarti menyebarkan atau memberitahukan informasi kepada pihak lain guna mendapatkan pengertian yang sama.
2.      Menurut T. Hani Handoko (1995:272). Komunikasi adalah “Proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke-orang lain”. Dalam perpindahan pengertian tersebut tidak hanya sekedar kata-kata yang digunakan dalam sebuah percakapan, tetapi juga dibutuhkan ekspresi wajah, intonasi, titik putus vocal dan lain sebagainya.
3.      Menurut Katz dan Kahn dalam Rakhmat (200:12). Komunikasi adalah “suatu proses tukar menukar informasi dan transmisi dari suatu arti, dan semuanya itu merupakan sesuatu yang sangat penting di dalam suatu organisasi”.

Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang komunikator kepada komunikan atau pengirim pesan dari satu pihak kepada pihak lain untuk mendapatkan saling pengertian.
Efektifnya sebuah komunikasi adalah jika pesan yang dikirim memberikan pengaruh terhadap komunikan, artinya bahwa informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga menimbulkan respon atau umpan balik dari penerimanya. Seperti contohnya; adanya tindakan, hubungan yang makin baik dan pengaruh pada sikap.

B.     Pengertian Komunikasi Kerja

Komunikasi kerja merupakan proses penyampaian informasi baik secara verbal maupun non verbal untuk mencapai pengertian dan penerimaan. Keterampilan komunikasi yang baik merupakan keterampilan utama dan sangat penting bagi para pekerja dan pimpinan. Keberhasilan kepemimpinan dan kerja tergantung pada kemampuan berkomunikasi.

C.    Kemampuan Dan Keterampilan Dalam Berkomunikasi

a.      Kemampuan Dalam Menyampaikan Pesan
Untuk dapat mempengaruhi komunikan secara efektif, penyampaian pesan perlu memperhatikan langkah-langkah:
1) Attention (perhatian) Artinya bahwa pesannya harus dirancang dan disampaikan sede-mikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian dari komunikan. Misalnya seorang pimpinan memulai dahulu dengan mengajak berbincang-bincang secara santai dengan karyawan, tersenyum, menanyakan kesehatan, dan seba-gainya sebagai cara untuk me-narik perhatian.
2) Need (kebutuhan) Artinya bahwa komunikator kemudian berusaha meyakinkan komunikan bahwa pesan yang disampaikan itu penting bagi komunikan.
3) Satisfaction (pemuasan), dalam hal ini komunikator memberikan bukti bahwa yang disampaikan adalah benar.
4) Visualization (visualisasi) komunikator memberikan bukti-bukti lebih konkret sehingga komunikan bisa turut menyaksikan.
5) Action (tindakan), komunikator mendorong agar komunikan bertindak positif yaitu melak-sanakan pesan dari komunikator tersebut. (Suranto Aw, Op. Cit., 9 Febuari 2007)
Kunci utama dari komunikasi adalah dari seorang komunikator. Untuk itu calon komunikator dituntut untuk mampu menyampaikan pesan sesuai dengan keinginan komunikan, artinya bahwa dalam proses komunikasi dibutuhkan adanya sikap manghargai orang lain, serta ikut dalam suasana yang sedang dialami orang lain (empati), sehingga dengan adanya sikap semacam itu proses komunikasi akan lebih mudah tercapai.

b.      Kemampuan Dalam Menerima Pesan (Mendengarkan)
Seringkali bahwa sesuatu yang diungkapkan tidak selalu dimengerti oleh orang lain, bahkan bisa menimbulkan sebuah kesalahpahaman. Untuk itulah agar informasi dapat diterima dengan baik sehingga menimbulkan umpan balik perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
Mendengarkan terdiri dari sejumlah dimensi-dimensi:
1) Mendengarkan itu adalah suatu fungsi yang kompleks dan unik dari persepsi atau tanggapan. Mendengarkan ialah suatu proses yang bersifat selektif dimana kita memilih dari banyak perangsangperangsang yang mengelilingi kita, yang paling cocok kepada kebutuhan-kebutuhan dan tujuan kita.
 2) Mendengarkan itu adalah suatu proses yang terus-menerus mengalir atau berjalan. 3) Mendengarkan adalah dalam proses komunikasi ini tentunya ada tujuan atau maksud yang hendak dicapai oleh komunikator dan komunikan, tujuan atau maksud dari proses komunikasi ini adalah melahirkan efek-efek tertentu dalam komunikasi. James G. Bobbins, Barbara S. Jones, (171:2006).

c.      Kemampuan Dalam Memberikan Umpan Balik
Umpan balik sangat penting dalam komunikasi, karena seseorang bisa mengetahui informasi atau pesan yang telah disampaikan itu sampai sesuai dengan keinginan komunikator. Menurut Masyhuri HP Masyhuri HP (1991:50),bahwa “Umpan balik adalah informasi tentang keberhasilan penerima dalam menangkap pesan yang disampaikan oleh sumber sebagai kontrol efektivitas tindakan komunikator dan untuk pedoman bagi tindakan selanjutnya”. Dengan demikian ukuran dari efektivitas komunikasi adalah dengan adanya umpan balik, yakni pemberian tanggapan terhadap komunikator. Adapun respon atau tanggapan dari komunikasi dibedakan sebagai berikut:
1) Respon langsung (direct respon), ialah respon yang diberikan langsung oleh pihak komunikan tidak memerlukan jangka waktu yang relatif lama.
 2) Respon tidak langsung (indirect respon) ialah respon yang memerlukan jangka waktu. Dalam hal ini respon yang diberikan oleh pihak komunikan tertunda beberapa saat.
 3) Respon yang kurang dimengerti(zero respon), ialah respon yang tidak dapat dimengerti oleh pihak komunikator.
4) Respon yang dapat dimengerti (positive respon), ialah respon yang diberikan oleh pihak komunikan dapat dimengerti oleh pihak komunikator dengan pihak komunikan terdapat saling pengertian.
 5) Respon yang bersifat netral, ialah respon pihak komunikan yang tidak memberikan dukungan ataupun menentangnya.
 6) Respon yang berifat negatif, ialah respon yang diberikan oleh pihak komunikan tidak memberikan dukungan kepada pihak komunikator. (Ibid, 1991:50).

d.      Keterampilan Dalam Berkomunikasi
Menurut Masyhuri HP, agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar, semua pihak yang berkomunikasi harus memiliki keterampilan dalam berfikir. Di samping itu sumber harus memiliki keterampilan menyandi pesan, ialah mengubah gagasan atau pesan menjadi lambang-lambang, sedang penerima harus memiliki keterampilan membuka sandi, ialah menterjemahkan lambang-lambang tersebut, agar pesan yang terkandung dalam lambang-lambang itu dapat dipahami. Untuk mendukung agar komunikasi lebih baik, maka diperlukan adanya keterampilan dari masing-masing individu. Keterampilan dalam berkomunikasi menurut James G. Bobbins dan Barbara S. Jones, keterampilan menyalurkan atau mengirimkan, yaitu berbicara dan menulis. keduan, kita sebut keterampilan menerima, yaitu membaca dan mendengarkan keterampilan.

D.    Unsur-Unsur Dalam Komunikasi

1.      Komonikator (pengirim) :
Komunikator adalah orang – orang yang memprakarsai komunikasi dalam sebuah organisasi kelompok, perorangan yang mempunyai informasi, kebutuhan, keinginan, dan maksud untuk disampaikan kepada orang lain.
2.      Persepsi dan Interprestasi :
Yaitu tanggapan atau pandangan seseorang terhadap suatu pesan. Dari persepsi akan dibuat interprestasi yaitu pemberian kesan atau pendapat terhadap persepsi dan pesan tersebut.
3.      Encoding :
Encoding adalah menerjemahkan informasi yang dikirim atau gagasan komunikator kedalam serangkaian simbol atau isyarat untuk pemahaman dan kebersamaan pengertian dengan penerima.

4.         Pesan (message) :
Pesan adalah bentuk fisik atau non-fisik yang dapat dialami dan ditangkap oleh indera penerima. Agar efektif, maka pesan tersebut harus :
·        Mudah dipahami.
·         Singkat, jelas, tepat, cepat, dan mengandung factor yang                          terkomunikasikan.

5.      Saluran (channel) :
Yaitu media yang dilalui atau dipergunakan dalam berkomunikasi berupa pertemuan, telepon, surat, fax, telex, computer, dan lain – lain.

6.      Penerima :
Penerima yaitu orang yang menangkap pesan pengirim dan menanggapi atau tidak, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik perorangan maupun kelompok.

E.     Jenis-Jenis Komunikasi

Para penulis telah mengelompokkan komunikasi ke dalam beberapa bentuk. Komunikasi pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
1.        Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan adalah komunikasi yang hanya melalui lisan saja dan tidak tertulis. Komunikasi lisan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi lisan secara langsung dan komunikasi lisan secara tidak langsung. Komuniaksi lisan secara langsung bisa berarti, bahwa komunikasi yang terjadi secara langsung yakni melalui tatap muka, seperti halnya orang berceramah, orang berpidato, berorasi. Sedangkan komunikasi lisan tidak langsung berarti terjadi komunikasi tanpa adanya tatap muka, seperti halnya orang berbicara ditelepon.

2.      Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis atau tercetak adalah komunikasi dengan mempergunakan rangkaian kata-kata atau kalimat, kode-kode (yang mengandung arti), yang tertulis atau tercetak yang dapat dimengerti oleh pihak lain. Jadi kesimpulannya kedua komunikasi ini lebih kepada komunikasi satu arah, dimana komunikator hanya menyampaikan pesan yang ada. Untuk komunikasi ini dirasa kurang efektif karena penyampaian pesan dari komunikator belum tentu bisa dipahami oleh komunikan. Ketika komunikator memberi informasi, dia tidak memahami apakah yang diberi informasi sudah mengerti atau belum akan informasi yang telah disampaikan.
3.      Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa badan atau tubuh, seperti gerakan tangan, jari, mata, kepala, dan lain-lain.Komunikasi ini melalui berbagai isyarat atau signal non-verbal. Media yang dipergunakan ialah ekspresi, gerak isyarat, gerak dan posisi badan, yang disebut bahasa badan yang menyatakan sikap dan perasaan seseorang. Misalkan seorang manajer menampakkan wajah yang masam ketika bawahannya mengajukan pendapat, dan bisa jadi bawahan tersebut menafsirkan muka masam itu sebagai penolakan, padahal bisa jadi manajer tersebut lagi sakit gigi. Adapun bentuk dari segi jenisnya dalam komunikasi adalah sebagai berikut:


a.       Sistem Komunikasi Interpersonal
Adalah sistem komunikasi dengan diri pribadi. Di dalam sistem ini terjadi suatu proses pengolahan informasi yang meliputi sensasi (proses menangkap stimuli atau pesan), persepsi (perubahan sensasi menjadi informasi), memori (proses penyimpanan informasi dan sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali) dan berpikir (mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon terhadap stimuli). Dalam sistem ini, informasi yang diterima langsung diproses oleh alat-alat indra ke otak sehingga menimbulkan suatu respon terhadap stimuli yang diberikan.

b.      Sistem Komunikasi Antarpersonal
Adalah komunikasi yang terjadi terutama di antara dua orang atau beberapa orang yang bersifat alamiah sehingga dapat menghasilkan suatu hubungan yang produktif secara terus menerus. Ini bisa diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pertukaran di sini maksudnya suatu tindakan untuk menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik, sehingga menimbulkan efek atau pengaruh bagi penerimanya. Jika sudah demikian maka akan timbul kesepakatan bersama.

F.     Prinsip Dasar Yang Mempengaruhi Komunikasi

1) Faktor Teknis
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknis
komunikasi. Teknik komunikasi mencakup .unsur-unsur yang ada dalam
komunikator dikala mengungkapkan pesan menjadi lambang-lambang.
kejelian dalam memilih saluran, metode penyampaian pesan.

2) Faktor Perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang
bersifat : pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan
atas emosi, suasana yang otoriter, ketidak mampuan untuk berubah
vvalaupun salah, sifat yang egosentris.

3) Faktor Situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi
ekonomi, sosial, politik dan keamanan
.

4) Keterbatasan Waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi, atau
berkomunikasi secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak akan bisa
memenuhi persyaratan-persyaratan komunikasi.

5) Jarak Psychologis/Status Social
Jarak psychologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yaitu
status sosial maupun status dalam pekerjaan. Misalnya, seorang pesuruh
akan sulit berkomunikasi dengan seorang menteri karena ada jarak
psichologis yaitu pesuruh merasa statusnya terlalu jauh terhadap menteri.
Selanjutnya, ada orang yang hanya ingin mendengar informasi yang dia
senangi saja, sedangkan informasi lainnya tidak.

6) Adanya Evaluasi Terlalu Dini
Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik suatu
kesimpulan sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini
jelas menghambat komunikasi yang baik.

7) Lingkungan Yang Tidak Mendukung
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam
lingkungan yang menunjang, berikut ini beberapa contoh suasana
lingkungan yang tidak menunjang atau mendukung yaitu :
a. Keadaan suhu (terlalu panas atau terlalu dingin)
b. Keadaan ribut atau bising
c. Lingkungan fisik yang tidak mendukung (ruang terlalu sempit/kurang
keleluasaan pribadi)

8) Keadaan Si Komunikator
Keadaan fisik dan perasaan komunikator sangat berpengaruh terhadap
berhasil atau gagalnya komunikasi. Misalnya :
a. Komunikator sedang mempunyai masalah pribadi hingga pikiran
kacau. Hal ini akan mengakibatkan pesan yang disampaikannya jugakacau, tidak sistematis hingga membingungkan pendengar/sasaran.
b. Komunikator sedang sakit, juga mempengaruhi komunikasi, atau kalaukomunikator mempunyai cacat seperti suara sengau. gagap dansebagainya akan mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak jelas
tertangkap oleh sasaran.

9) Gangguan Bahasa
a. Komponen semantik : Gangguan Semantik ialah gangguang
komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang
digunakan (Blake, 1979). Gangguang semantik sering terjadi karena :
·        Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
·        Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yangdigunakan oleh penerima.
b. Komponen Penggunaan/Pragmatik
Komponen pragmatik meliputi fungsi dan konteks. Penguasaan akankomponen ini menjadikan mampu mengawali komunikasi, memeliharakomunikasi dan mengakhiri komunikasi.

10) Rintangan Fisik
Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan karena kondisi
geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya
sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya.
Dalam komunikasi antar manusia rintangan fisik bisa juga diartikan
karena adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indra penerima.

11) Rintangan Kerangka Berpikir
Rintangan yang disebabkan karena kondisi daya pikir seseorang dalam mengemukakan gagasannya misalnya kurangnya wawasan, gugup, tingkat pendidikan, kurang berorganisasi, kurang bergaul.


BAB III

STUDI KASUS

A.   Contoh Kasus

                                           
PT Golden Castle, bergerak dalam bidang konveksi atau textil, mengalami konflik antara perusahaan dengan karyawan. Konflik ini terjadi yang disebabkan oleh adanya miss communication antar atasan dengan karyawan. Adanya perubahan kebijakan dalam perusahaan mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan , namun pihak perusahaan belum memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan merasa diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan. Para karyawan mengambil tindakan yaitu dengan mendemo perusahaan. Namun tindakan ini berujung pada PHK besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan.

B.   Permasalahan


Adanya miss komunikasi mengenai gaji atau upah antara pihak perusahaan atau manajemen dengan para karyawan di PT. Golden Castle yang menyebabkan terjadinya demo yang dilakukan oleh para karyawan dan berujung pada PHK yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

C.   Solusi


Permasalahan atau konflik yang terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan yang terjadi karena masalah komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan system yang terstruktur. Karena jika masalah komunikasi antara atasan dan bawahan terjadi bias-bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demo.


Sehingga untuk mensiasati masalah ini bias dilakukan dengan berbagai cara.
1.  Membentuk suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui loudspeaker.
2.  Buat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi masalah di lapangan
3.  Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi.
Biasanya masalah timbul karena lingkun            gan yang kurang kondusif di suatu perusahaan. Misalnya, kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan temperature ruangan yang tinggi sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan juga harus di perhatikan.

            Konflik dalam perusahaan juga sering terjadi antar karyawan, hal ini biasanya terjadi karena masalah diluar perusahaan, misalnya tersinggung karena ejekan, masalah ide yang dicuri, dan senioritas. Perusahaan yang baik harus bisa menghilangkan masalah senioritas dalam perusahaan. Hal ini dapat meminimalisir masalah yang akan timbul, kerena dengan suasanya yang harmonis dan akrab maka masalah akan sulit untuk muncul.

D.    Kondisi Yang Diinginkan


Diharapkan komunikasi kerja dalam perusahaan tersebut dapat diperbaiki menjadi lebih baik terutama dalam berkomunikasi antara manajemen perusahaan dengan karyawan agar tidak  lagi terjadi konflik atau miss komunikasi yang merugikan kedua belah pihak. Dengan adanya komunikasi yang baik maka akan tercipta suasana kerja yang nyaman sehingga para karyawan dapat bekerja dengan maksimal untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB IV

PENUTUP

A.   Kesimpulan


            Demikianlah pembahasan tentang kasus komunikasi yang terjadi didalam perusahaan. Pentingnya komunikasi dijaga supaya tetap harmonis diperlukan komunikasi yang efektif, dengan komunikasi yang efektif dapat membantu manajer dalam melakukan fungsi – fungsi POAC (perencanaan, pengorganisasian, pengembangan, pemeliharaan, dan pengawasan). Manajer pun dapat melakukan komunikasi berupa tatap muka, menerima tamu, berhubungan dengan bawahan, rekan, dan atasan, berkomunikasi dengan pelanggan, berkomunikasi dengan alat elektronik, dan membuat surat, laporan, dan lain – lain.
Dengan komunikasi yang harmonis diharapkan permasalah yang akan terjadi kembali dalam perusahaan dapat ditangani secara bersama -  sama, karena itulah tanggung jawab setiap unit di perusahaan.
Suatu hubungan akan terjalin harmonis, dan baik apabila didukung oleh  komponen – komponen yang baik pula. Kegiatan yang selalu bahkan tidak pernah terlepas dalam kehidupan manusia adalah komunikasi. Komunikasi begitu penting dikarenakan komunikasi memberikan informasi yang kita butuhkan (penerima) dari orang lain (pengirim) baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan adanya komunikasi yang baik dan benar, dapat menimalkan masalah komunikasi antar individu. Dan hal ini sangat membantu untuk karir perusahaan, dimana komunikasi antara atasan dengan bawahan dapat terjaga harmonis. Akan tetapi, kita juga harus selalu mempersiapkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan perusahaan.
Perusahaan yang sehat terlihat dari berbagai sistem dan struktur yang saling memenuhi kebutuhan sumber daya manusianya yang beraneka ragam, kesejahteraan para tenaga kerjanya, keuntungan yang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan, dan lain sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA


Ivor K. Devies, 1987, Pengelolaan Belajar, Jakarta: PT. Rajawali Pers.
James G. Bobbins, Barbara S. Jones, 2006, Komunikasi yang Efektif, untuk Pemimpin, Pejabat dan Usahawan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.
Mangkunegara, Anwar P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara
Nitisemito, Alex. 1992. Manajemen Personalia. Jakarta : Galia Indonesia.
Suranto AW, Komunikasi Efektif untuk Mendukung Kinerja Perkantoran, (http://www.uny.ac.id/home/artikel.php?m=&I=3&k=23), 9 Febuari 2007.
T. Hani Handoko, 1995, Manajemen, Yogyakarta: BPFE.
Wursanto. 1992. Etika Komunikasi Kantor. Yogyakarta : Kanisius
http://kewarganegaraangunadarma.blogspot.co.id/2011/10/konflik-antara-perusahaan-dengan.html